2016年3月11日金曜日

Artikel Fitur Khusus

Dengan mengklik thumbnail, Anda dapat menelusuri PDF dari fitur artikel di koran Iwate Nippo (dalam bahasa Jepang).

Daerah Pesisir


Hindari Terlalu Percaya Pada Tempat Evakuasi, Langsung Menuju ke tempat Tinggi

Proposal Iwate Nippo: "Lima­Tahun, Janji untuk Melindungi Jiwa"

Penerbit Iwate Nippo Co, harian Iwate Nippo, telah membuat lagi baik di media kertas dan digital pola perilaku korban 2011 Gempa Besar Jepang Timur dari terjadinya gempa untuk engulfment dengan tsunami di Negara Bagian Iwate. Proyek ini telah dilakukan atas kerjasama dengan laboratorium Hidenori Watanabe, profesor arsitektur informasi, teknik seni dan desain di Tokyo Metropolitan University.

Pada kesempatan peringatan lima tahun bencana 11 Maret, Iwate Nippo mewawancarai ulang anggota keluarga korban dan menganalisis dengan peta perilaku dari 1.326 orang yang sudah meninggal atau masih hilang di prefektur Jepang utara. orang yang diwawancarai semua orang yang telah bekerja sama untuk surat kabar "Tidak Akan Pernah Melupakan" seri khusus mengenang (korban) yang dilakukan setelah bencana.

Catatan perilaku dipeta menyorot tindakan seperti banyaknya orang yang menuju ke tempat evakuasi di dataran yang rendah dan lebih dari setengah (54,9%) dari korban yang tetap tinggal dirumah.

Mengingat pelajaran yang ditinggalkan oleh korban, Iwate Nippo telah menyusun satu set proposal "Janji Lima­Tahun untuk Melindungi Jiwa" yang merujuk sebagai rekomendasi untuk "menghindari jangan terlalu percaya pada lokasi evakuasi dan langsung menuju ke tempat yang lebih tinggi."

Pola Perilaku Korban yang di Hidupkan­kembali Pada Peta

Lebih dari Setengah Korban Tetap Tinggal di Rumah

"Janji" terdiri dari lima proposal: terus menyelamatkan diri dan jangan kembali ke rumah setelahmenyelamatkan diri, menghindari terlalu percaya pada lokasi evakuasi dan langsung menyelamatkan diri ke tempat tinggi, melakukan pelatihan evakuasi survival­langsung menyelamatkan diri ke tempat tinggi, jangan berpikir bahwa "tsunami tidak akan mencapai ke sini", dan membuat aturan untuk menyelamatkan orang­orang yang rentan­dalam­bencana.

Catatan perilaku analisis dari 2.135 korban yang terlibat, dan gerakan dari 1.326 korban, yangdiketahui keberadaannya saat gempa dan tsunami melanda, yang dihidupkan­kembali pada peta. Dari mereka, 687 korban (296 laki­laki dan 391 perempuan) yang diidentifikasi dengan menggunakan nama asli seperti yang diterima Iwate Nippo telah menerima izin dari keluarga korban mereka untuk melakukannya.

Peta menyoroti pergerakan orang yang meyelamatkan diri ke dataran yang rendah di berbagaitempat. Di kota Rikuzentakata di mana total terburuk dari 1.761 orang tewas atau tetap hilang, peta catatan perilaku menunjukkan situasi orang berkumpul di sebuah Gelanggang Olahraga Umum di kota Takata dan lokasi evakuasi lainnya yang ditunjuk yang terletak 2­3 meter di atas permukaan laut. Pengungsi melarikan diri tidak hanya dari arah laut tetapi juga dari sisi gunung, sehingga menyebabkan banyak orang menjadi korban tsunami besar.

Di kota kota Unosumai, Kamaishi, orang berkumpul di area (dataran rendah) pusat pencegahanbencana, yang tidak ditetapkan sebagai tempat evakuasi, sebagian karena tempat itu biasanya digunakan untuk pelatihan evakuasi secara teratur.

Banyak orang tidak beranjak dari rumah mereka di kota Ofunato, di mana warga mengingat darikejadian tsunami dari gempa Chile pada tahun 1960, membuat mereka menilai bahwa "tsunami tidak akan datang ke sini." Di distrik Taro kota Miyako, peta menunjukkan orang cenderung untuk tetap tinggal di rumah tanpa menyelamatkan diri ke daerah di dalam tanggul pantai (seawall).

Korban yang dipetakan di rumah mencapai 63,7% saat gempa terjadi dan 54,9% ketika tsunami melanda, menggarisbawahi berapa banyak orang tetap tinggal di rumah. Yang paling menonjol adalah para lansia, kelompok rentan yang membutuhkan bantuan untuk diungsikan dan orang yang tidak bisa bergerak sendiri.

Korban, mereka yang diungsikan segera setelah gempa terjadi hanya 11,1%, mereka yang melakukannya setelah beberapa saat dari beberapa kegiatan mencapai 27,3%, dan mereka yang tetap di rumah, tempat kerja atau tempat­tempat lain tanpa melarikan diri mencapai 29,3%. Angka­angka ini menggarisbawahi bahwa menyelamatkan diri segera adalah alasan utama untuk melindungi nyawa.

Watanabe, yang akan menjadi sarjana undangan di Harvard University pada bulan April,berencana untuk memanfaatkan peta catatan perilaku dalam arsip bencana di universitas ini.

Signifikansi dalam Menangkap Situasi Yang Rinci

Komentar oleh Fumihiko Imamura, Direktur Institut Penelitian International dan SainsKebencanaan di Universitas Tohoku (Profesor Rekayasa Tsunami)

Tidak ada contoh kasus sebelumnya yang berskala besar dan penelitian rinci dari orang yangtelah meninggal karena tsunami. Signifikansi obyektif melihat ke pola perilaku secara luas-berdasarkan­daerah sangat besar. Di masa lalu, informasi kerusakan tsunami yang hanya dari orang­orang yang selamat, dan pola perilaku korban dan situasi itu adalah fragmentaris.

Pelajaran yang akan diberikan dengan membuat jelas situasi bagaimana korban telahterpengaruh. Secara keseluruhan, saya percaya bahwa orang­orang yang dilanda bencana membagi menjadi dua kelompok ­ mereka yang tinggal dan mereka yang pindah tetapi terpengaruh. Itu mengejutkan bahwa banyak orang tetap di tempat dengan tingkat kesadaran yang tinggi terhadap tsunami. faktor yang dibayangkan adalah bahwa orang­orang telah melupakan pengalaman masa lalu dan pembelajaran, generasi baru telah muncul, dan keluarga baru berdatangan.

Penelitian ini menjelaskan pentingnya mengambil tindakan untuk menghindari tsunami.

Metode penelitian

Wartawan dari Iwate Nippo bertemu langsung atau mengirim melalui pos untuk mewawancaraipara anggota keluarga yang ditinggalkan yang telah bekerja sama untuk seri "Tidak Akan Pernah Melupakan" yang bertujuan merekam bukti kehidupan para korban bencana. Tanggapan yang diterima dari 1.549 anggota keluarga yang masih hidup antara 6 November tahun lalu dan 30 Januari tahun ini, dan total 2.135 korban dianalisis.

Pola perilaku evakuasi yang dihidupkan­kembali untuk 1.326 korban yang diketahui keberadaannya saat gempa terjadi dan diterjang oleh tsunami. Peta catatan perilaku menggunakan peta udara dari Otoritas Informasi Geospasial Jepang. Ada 5.796 orang yang sudah meninggal atau masih hilang di Negara Bagian Iwate. Seri "Kami Tidak Akan Pernah Melupakan" meliputi 3.428 korban.

"Janji Lima­Tahun untuk Menyelamatkan Jiwa"

  • Terus menyelamatkan diri dan menghindari kembali kerumah setelah menyelamatkan diri.
  • Hindari terlalu percaya pada lokasi evakuasi dan langsung menuju ke tempat yang lebih tinggi.
  • Melakukan pelatihan penyelamatan berorientasi pertahanan diri.
  • Jangan berpikir bahwa "Tsunami tidak akan mencapai ke sini."
  • Membuat aturan untuk menyelamatkan orang­orang yang rentan­dalam-bencana.

Rikuzentakata


Kamaishi and Ofunato


Yamadacho and Otsuchicho


Miyako


Northern coastal areas